もっと詳しく

Selain kerap disiksa, para tahanan di penjara Myanmar (Burma) dipaksa menjalani profesi yang sangat berbahaya, yaitu penyapu ranjau. Tidak sedikit para tahanan yang menderita luka parah atau menemui ajal setelah terkena ranjau. .

Demikian ungkap seorang tahanan yang berhasil kabur, Thaung Htay. Kepada majalah Irrawaddy, pria 28 tahun itu mengatakan bahwa dia bersama dengan tiga tahanan lainnya berhasil melarikan diri ke perbatasan Thailand setelah tidak tahan lagi mendekam di kurungan.

Dia mengatakan bahwa para tahanan di penjara Myanmar diharuskan mengikuti perjalanan para tentara yang berperang dengan kelompok pemberontak Karen di dekat perbatasan Thailand.

Htay mengatakan bahwa sebanyak 600 tahanan diletakkan di garda terdepan dan berjalan mendahului para tentara untuk melindungi mereka dari serangan. Htay mengatakan para tahanan juga diperintahkan untuk membawa barang bawaan para tentara yang beratnya puluhan kilo.

“Kami diharuskan membawa amunisi, perlengkapan dan makanan para tentara. Yang terparah adalah mereka menggunakan kami sebagai penyapu ranjau di sepanjang perjalanan mereka,” ujar Htay kepada Irrawaddy, yang juga dilansir laman harian The Telegraph, Jumat 14 Januari 2011.

Htay mengatakan bahwa para tahanan yang memiliki uang dapat dengan mudah lolos dari kewajiban itu setelah menyuap penjaga penjara. Namun, bagi yang tidak punya uang, mereka akan bernasib naas.

Junta militer Myanmar dan kelompok separatis Karen telah menandatangani perjanjian gencatan senjata. Namun bentrokan kembali terjadi pada 7 November 2010, bertepatan dengan pemilu di negara itu, karena militer Myanmar dianggap memaksa mereka untuk memilih partai pemerintah.

Semenjak itu, hubungan pemerintah dengan pemberontak semakin memanas. Pemberontak, yang banyak terdapat di kota Myawaddy, juga sering melakukan perlawanan dan mereka terkenal lihai menempatkan ranjau di medan perang.

“Banyak tahanan yang terluka dan tewas terkena ranjau setelah mereka dipaksa untuk berjalan di depan para tentara. Kami bertiga melarikan diri karena tidak ingin hal yang sama terjadi kepada kami,” ujar Htay.

Menurut aktivis kemanusiaan, Bo Kyi, ulah militer Myanmar itu merupakan kejahatan melawan kemanusiaan. “Mereka, dengan kata lain, menghukum mati para tahanan. Jelas ini adalah kejahatan melawan kemanusiaan,” kata Bo.